Jakarta: Berdasarkan data WHO angka kematian ibu melahirkan di Indonesia merupakan yang tertinggi di negara ASEAN. 359 dari 100 ribu kelahiran pada tahun 2012 harus berakhir dengan kematian.
Data tersebut bukan hanya menunjukkan penurunan kualitas kesehatan ibu, tapi juga bayi dan balita yang berada di seluruh daerah di Indonesia.
Kurangnya pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil dan banyaknya bayi maupun balita dengan status gizi kurang yang tidak terdeteksi menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita di Indonesia.
Provinsi Lampung termasuk dalam daerah dengan penurunan kualitas kesehatan ibu dan balita yang perlu diperhatikan. Tingginya angka kematian di daerah ini menjadi fakta masih kurang optimalnya pelayanan kesehatan di Provinsi Lampung.
Desa Gunung Tiga, kecamatan Ulubelu, kabupaten Tanggamus yang diketahui memiliki angka kematian ibu dan balita tertinggi di Provinsi Lampung.
Berdasarkan data dari UPT Puskesmas Ngarip Ulubelu, pada tahun 2017, terdapat 5 kasus kematian ibu melahirkan, 14 kasus kematian bayi, 1 kasus gizi buruk, dan lebih dari 53 anak mengalami gizi kurang.
Selain itu di desa dengan jumlah penduduk yang lebih dari 2.000 jiwa ini, hanya memiliki 2 kader kesehatan yang mampu menangani kasus gizi buruk.
“Seperti diketahui bahwa pemerintah sebenarnya telah membuat program untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang merupakan garda terdepan dalam meningkatkan kesehatan khususnya bagi ibu dan anak di tengah masyarakat. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan masih minimnya pengetahuan kader posyandu sehingga menyebabkan peran kader menjadi kurang efektif khususnya dalam penjaringan secara dini kasus kesehatan bagi ibu, bayi, dan balita,” sebut rilis yang diterima oleh Medcom.id.
Dan empat mahasiswa dari Universitas Lampung yang terdiri dari Rika Rahmawati, Alvin Widya, Charisatus Sidqotie dan Haekal Alfhad di bawah bimbingan dr. Fitria Saftarina S. Ked., M. Sc menciptakan program cerdas sebagai wujud kepedulian untuk meningkatkan kualitas hidup ibu dan anak yang dinamai “Perikardium”.
Program Perikardium
“Perikardium ini merupakan sebuah program kesehatan Pemberdayaan Kader Posyandu yang bertujuan untuk Menyukseskan Program Kesehatan Pemerintah melalui Gerakan 3M (Mengukur, Melaporkan, dan Meningkatkan). Jadi akan ada gerakan Mengukur dan mengedukasi status gizi,
Meningkatkan cakupan imunisasi lengkap pada balita, dan Meningkatkan kunjungan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil minimalnya 4 kali pada ibu hamil,” Jelas dr. Fitria selaku pembimbing program.
Berbeda dari program lainnya, dr. Fitria menambahkan bahwa Perikardium berfokus pada lintas sektoral antara masyarakat desa, Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, PKK, Aparatur Desa, dan tenaga kesehatan setempat. Sehingga dalam pelaksanaannya bisa lebih mendapat banyak dukungan karena melibatkan banyak pihak.
“Program ini memang sengaja kita buat inovasinya, jadi ada banyak pihak yang dilibatkan mulai dari masyarakat, kepala desa. Dinkes, kemudian ada dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, PKK, dan tidak lupa dari tenaga kesehatannya juga ikut berpartisipasi dalam Perikardium ini,” tambahnya.
Menurut Yati, salah seorang bidan yang bertugas, program ini sangat membantu. Apalagi untuk membantu program pemerintah mengurangi angka kematian ibu dan bayi, dari yang sebelumnya tidak bisa mengukur tinggi badan, menghitung status gizi, dan mengukur tekanan darah, sekarang lebih mahir dalam pemeriksaannya.
Dalam pelaksanaannya program ini terdiri dari pelatihan kader, simulasi, dan evaluasi seputar gerakan 3M sebagai media pembelajaran dan praktik yang efektif bagi kader posyandu yang tergabung dalam anggota.
Sebagai bentuk keberlanjutan, program ini telah diadopsi di beberapa desa lain dan juga akan diterapkan dalam program KKN tematik di Universitas Lampung.
“Untuk keberlanjutannya, kebetulan kami sudah melakukan diseminasi hasil program ke bagian pelaksana KKN Tematik di Unila dan beberapa desa yang memang angka kematian ibu dan bayinya cukup tinggi. Alhamdulillah disetujui. Kami juga sudah menerima surat mitra dan kesepakatan untuk diterapkannya program ini di daerah lain yang membutuhkan,” tukas Rika Rahmawati salah satu mahasiswa yang menggagas Perikardium.
“Dengan begitu diharapkan dari program ini bisa terbentuk kelompok operasional kader posyandu yang mampu melakukan deteksi dini, menekan angka kematian ibu dan anak, serta dapat menjadi inspirasi wilayah dengan resiko kematian yang tinggi untuk manjalankan program perikardium demi terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik,” tutup Rika. md
Discussion about this post